Jadikan Akses Suramadu Pusat Ekonomi

ANGKALAN – Pemkab Bangkalan mulai mengantisipasi rencana pembangunan kawasan kaki Jembatan Suramadu sisi Madura (KKJSM). Terutama dalam urusan kewenangan pertumbuhan ekonomi. Pemerintah pusat, Pemprov Jawa Timur, dan Pemkab Bangkalan harus bersinergi memaksimalkan fungsi Jembatan Suramadu.
Pj Sekkab Bangkalan Setijabudhi mengutarakan, pembangunan KKJSM harus mengikuti koridor pembagian peran antar pemerintah dalam kerangka asas otonomi daerah dan tugas pembantuan. ”Sebagai pemacu pengembangan ekonomi daerah dapat tercapai, harus ada sinergitas,” katanya.
Menurut Budhi, pengembangan tata ruang pembangunan Bangkalan bisa dilakukan dengan menjadikan Jembatan Suramadu sebagai pusat pertumbuhan dan aktivitas perekonomian. Sebab, di lokasi tersebut merupakan orientasi dan titik tumbuh perekonomian skala besar. ”Akses Jembatan Suramadu harus jadi pusat pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.
Karena itu, perlu persiapan dan perbaikan iklim investasi yang kondusif bagi investor. Dengan demikian, nanti benar-benar membantu pembangunan perekonomian Bangkalan. ”Pemkab Bangkalan siapkan itu nanti,” ucapnya.
Pemkab Bangkalan juga harus menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni. Tujuannya, agar masyarakat lokal tidak hanya jadi buruh atau tamu di tempat sendiri. ”Caranya ya dengan fasilitasi aktivitas ekonomi kerakyatan berbasis potensi lokal,” paparnya.
Lalu, menyiapkan santri entrepreneurship dan 1.000 wirausahawan di setiap kecamatan. ”Termasuk bantuan modal usaha untuk petani, nelayan, UMKM, dan koperasi,” pungkasnya. 
Share:

Kementerian Ekonomi Digabung, CORE: Selama Ini Jalan Sendiri-sendiri

Presiden Joko Widodo (Jokowi) memimpin sidang kabinet paripurna yang terakhir di periode 2014-2019. (Rusman/ Biro Pers Sekretariat Presiden)

Center of Reforms on Economics (CORE) Indonesia berharap ada penggabungan kementerian dan lembaga di bidang ekonomi pada kabinet jilid kedua Presiden Joko Widodo (Jokowi). Kementerian yang disarankan digabung adalah perdagangan, perindustrian, dan investasi.
Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah mengatakan kebijakan dua kementerian yaitu perdagangan dan perindustrian jalan sendiri-sendiri. Hal itu tercermin dari kebijakan perdagangan bebas. “Jadi perdagangan bebas yang ada sekarang tidak mendorong pertumbuhan industri, dan sama sekali tidak berdampak positif terhadap investasi,” ungkap Piter Abdullah kepada JawaPos.com, Sabtu (12/10).
Piter menambahkan industri serta investasi menjadi ujung tombak dalam perekonomian. Sedangkan perdagangan sebagai supporting dari kebijakan industri dan investasi. Terkait penggabungan kementerian atau lembaga idelanya dibarengi peningkatan koordinasi di level teknis. Piter khawatir penggabungan itu hanya pada nama kementerian saja.
“Tapi apakah itu akan benar-benar menyamakam chemistry, sehingga koordinasi lebih baik. Karena di dalam satu kementerian pun koordinasi tidak mudah,” tegas dia.
Sementara itu, Menteri Koordinator (Menko) bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan menolak berkomentar terkait wacana penggabungan kementerian di bidang ekonomi. Termasuk kemungkinan masuknya Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ke Kemenko Kemaritiman.
“Tanya kepada presiden lah, soal kementerian bukan tugas saya. Presiden yang punya kewenangan itu,” ujar Luhut, Jumat (11/10).
Share:

Pertumbuhan Ekonomi RI Diprediksi di Atas 5 Persen Tipis

ILUSTRASI. Pertumbuhan ekononomi RI tahun ini diprediksi masih tembus 5 persen kendati ada perang dagang antara AS dan Tiongkok

Pertumbuhan ekonomi tahun ini diyakini masih berada di atas 5 persen. Meski berbagai tantangan dari sentimen eksternal harus terus membayangi ekonomi dalam negeri.
“Perkiraan kami 5,08 persen. Ya sama dengan pertimbangan kami yang lalu, melihat kondisi ekonomi dunia yang sedang turun,” ujar Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Suahasil Nazara akhir pekan lalu.
Proyeksi itu juga tak jauh dari level yang dipatok Bank Dunia. Menurut laporan East Asia and Pacific Economic Update October 2019: Weathering Growing Risk, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2019 tetap berada di angka 5 persen.
Level tersebut turun dari proyeksi sebelumnya 5,1 persen. Suahasil melanjutkan, proyeksi itu sejalan dengan aktivitas perdagangan yang mengalami kontraksi. Nilai ekspor disebutnya masih menurun.
“Penurunan ekspor akan memengaruhi sektor-sektor lain seperti manufaktur. Perkiraan yang dikeluarkan Bank Dunia tidak berbeda jauh dengan angka kami,” tambahnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kinerja ekspor Indonesia sepanjang periode Januari–Agustus 2019 hanya USD 110,07 miliar atau merosot 8,28 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Padahal, ekspor merupakan salah satu komponen penyokong pertumbuhan ekonomi selain konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, impor, dan penanaman modal tetap bruto (PMTB).
Perang dagang AS-Tiongkok memang berdampak pada permintaan dan penawaran di pasar global. Dampaknya, hal itu ikut memukul kinerja ekspor dan impor Indonesia karena Tiongkok merupakan pasar ekspor utama Indonesia.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menambahkan, pihaknya terus mencermati kinerja ekspor. Terutama dampak kinerja ekspor pada pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga tahun ini.
“Kami menganggap ada beberapa faktor yang masih jadi perhatian, terutama dari sisi ekspor. Kami akan lihat apakah investasi juga bisa distimulasi dari berbagai kebijakan maupun dunia usaha,” jelasnya.
Menko Perekonomian Darmin Nasution juga optimistis kondisi ekonomi di Indonesia masih bisa tumbuh. Darmin mengakui, ketidakpastian global berupa perang dagang memang akan menekan ekspor.
Namun, kondisi tersebut disebutnya tidak akan berdampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. “Karena memang kita bergantung pada demand dalam negeri daripada ekspor”.
Share:

Inggris Komitmen Wujudkan Program Ekonomi Indonesia

Penandatanganan MoU Kajian Perdagangan Inggris Indonesia. 

Kementerian Perdagangan (Kemendag) menandatangani nota kesepahaman kajian perdagangan Indonesia-Inggris tadi malam (16/10). Inggris berkomitmen mendukung program prioritas pemerintah. Khususnya, dalam sektor pendidikan, infrastruktur, serta jasa finansial dan teknologi (fintek).
Komisaris Perdagangan Inggris untuk Asia Pasifik Natalie Black menuturkan, pemerintah Indonesia memiliki visi besar dalam pembangunan infrstruktur. Seperti, bandara, moda raya terpadu (MRT), dan transportasi publik lainnya. ”Beberapa perusahaan Inggris sudah terlibat dalam proyek MRT. Selanjutnya, kami ingin lebih banyak berkolaborasi untuk mewujudkan visi-visi selanjutnya,” beber Natalie.
Inggris juga melihat perkembangan dan pertumbuhan e-commerce di tanah air sangat pesat. Kondisi tersebut, lanjut Natalie, mirip dengan yang terjadi di London saat ini. Fintek membuat gairah perekonomian meningkat. Apalagi era industri 4.0 sekarang. Investasi yang masuk semakin banyak. ”Saya tahu Indonesia telah memiliki lima unicorn besar di Asia Tenggara. Kami berharap langkah ini membuahkan hasil yang konkrit,” kata Natalie.
Sementara itu, Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kemendag Iman Pambagyo berharap, dengan kerja sama tersebut bisa mengantarkan Indonesia pada ekonomi modern. Artinya, berdaya saing, bisa menghadapi produk-produk impor, memanfaatkan teknologi, dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia itu sendiri.
”Dari kolaborasi tersebut pemerintah Indonesia ingin mendapat masukan dari pemerintah Inggris mengenai kondisi perdagangan global, mengetahui posisi ekonomi nasional berada di posisi berapa, dan hambatan seperti apa yang akan dihadapi beberapa tahun ke depan,” papar Iman.
Sementara di sektor pendidikan, Inggris sudah memberikan program Beasiswa Chevening. Sebuah program beasiswa global yang memberikan kesempatan bagi anak bangsa untuk menempuh studi master di Negeri Ratu Elizabeth yang sudah berjalan sejak 1983. Terbuka untuk siapa saja yang telah menyelesaikan gelar S1 dan memiliki pengalaman kerja setidaknya 2 tahun.
Program itu juga disebut tidak memiliki batasan umur. Lebih dari 1.700 orang Indonesia telah menerima beasiswa tersebut. Penulis novel Negeri 5 Menara Ahmad Faudi, artis sekaligus jurnalis Marissa Anita, hingga sutradara Noor Huda Ismail merupakan alumni peraih beasiswa Chevening.
”Beasiswa ini meliputi biaya hidup, biaya kuliah hingga dana lainnya untuk pendidikan gelar master. Selain jiwa kepemimpinan, kami juga mengharapkan sosok tersebut adalah mereka yang di masa mendatang akan mengambil keputusan, pembentuk opini yang memberikan dampak baik bagi pembangunan negara,” jelas Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste Owen Jenkins.
Share:

Jelang Akhir Masa Baktinya, JK Tetap Optimistis Melihat Ekonomi RI

Jelang akhir masa jabatannya, Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) memprediksi perekonomian dalam negeri tetap bergerak positif. Meski dibayangi risiko perlambatan ekonomi global, JK yakin pertumbuhan Indonesia lebih baik daripada negara-negara lainnya.
“Jadi, apabila berbicara tentang ekonomi Indonesia, kita harus bicara secara keseluruhan. Juga melihat kondisi ekonomi dunia dan korelasinya terhadap Indonesia,” ujarnya saat dialog bersama 100 ekonom di Hotel Westin, Jakarta, Kamis (17/10).
JK menjelaskan, banyak dinamika yang terjadi pada kondisi ekonomi global. Salah satunya, perusahaan-perusahaan raksasa yang kini tak hanya didominasi dari sektor energi atau perbankan.
Menurut dia, perusahaan-perusahaan raksasa dunia justru berkecimpung dalam ekonomi digital. Misalnya, Facebook, Apple, Microsoft, dan Amazon.
“Jadi, sekarang pengusaha yang paling besar dan yang paling kaya itu Microsoft, Apple, Amazon, dan Facebook. Artinya, energi dikalahkan oleh ekonomi digital,” tutur mantan Ketum Partai Golkar itu.
Dengan kondisi tersebut, tentu Indonesia mendapat dampaknya. Terlebih, beberapa situasi seperti Brexit, perang dagang AS-Tiongkok, tentu membawa sentimen bagi kondisi dalam negeri.
“Indonesia yang merupakan negara di Asia Tenggara punya pilihan untuk mengambil keuntungan dalam berbagai konflik tersebut atau justru ikut mengalami kerugian,” imbuhnya.
JK menampik bahwa beberapa indikator ekonomi seperti nilai tukar rupiah maupun utang dalam tren memburuk. JK menyebut beberapa negara seperti Venezuela, Brasil, Turki, maupun Afrika Selatan mengalami kondisi yang lebih parah daripada Indonesia.
“Kita masih tumbuh 5 persen, GDP-nya lebih baik daripada Malaysia,” tegasnya.
Didik Rachbini, ekonom senior Indef, menyoroti beberapa kinerja pemerintah. Menurut dia, pemerintah, terutama Presiden Joko Widodo, perlu ‘blusukan’ lebih dalam ke sektor industri. “Beberapa hal yang krusial dan perlu perhatian adalah industri. Kemudian neraca berjalan terus defisit, lalu neraca perdagangan juga (defisit). APBN juga, dari sisi penggunaan itu boros dan populis,” jelasnya.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menambahkan, dengan berbagai sorotan pada sektor industri, pihaknya berkomitmen akan mendorong beberapa hal. “Kami akan dorong industri berbasis sumber daya alam (SDA) dan industri berbasis nilai tambah manufaktur. Plus kami akan dorong link and match pendidikan vokasi bagi SDM,” jelasnya di tempat yang sama. Hal itu, lanjut Airlangga, sejalan dengan program pemerintah.
Share:

Coba Angkat Batik Lokal Lewat Pameran Ekonomi Kreatif

KREATIF : UMKM dari Kecamatan Manisrenggo membagikan 1 kwintal tahu gratis ke pengunjung pameran di RSPD Klaten (ANGGA PURENDA/RADAR SOLO)

KLATEN – Dinas Perdagangan Koperasi dan UMKM Klaten menggelar pameran ekonomi kreatif. Berlangsung di kompleks RSPD Sunan Pandanaran Klaten, 17-20 Oktober. Pameran diikuti 172 usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang menempati 88 booth. Bertujuan mengangkat hasil produksi UMKM, khususnya batik lokal.
Pameran diikuti UMKM klaster produk unggulan hingga wirausahawan muda. Ajang ini mendapat sambutan positif perajin batik asal Kecamatan Bayat Dyah Evi Kurniasari. Karena bersamaan dengan launching batik sindu melati sebagai motif khas Klaten.
“Kami senang karena pameran ini meningkatkan pendapatan perajin batik. Pengunjung jadi tahu ragam motif batik yang kami kembangkan. Kemudian tertarik membelinya,” ujar Evi, kemarin (17/10).

Diakui Evi, UMKM terkendala pemasaran dan penjualan. Untuk itu, mereka harus rajin mengikuti pameran. Serta menawarkan produk ke sejumlah toko batik di Kota Solo dan Jogja. Perajin berharap motif sindu melati bisa mengangkat batik khas Klaten di pasar nasional bahkan internasional.
“Ada rencana seragam PNS pakai motif sindu melati. Semoga langkah ini menjadikan batik Klaten makin dikenal. Otomatis pendapatan perajin meningkat. Karena pengadaannya melibatkan seluruh perajin batik di Klaten,” beber Evi. 
Selain batik, pameran juga diisi kerajinan lurik dan miniatur. Serta berbagai olahan makanan dan minuman. Seluruhnya dihasilkan pelaku UMKM perwakilan 26 kecamatan. Bahkan, sejumlah organisasi perangkat daerah (OPD) juga membuka booth. “Produk yang dipamerkan menarik dan kreatif,” ucap Sukamta, 50, pengunjung asal Desa Kalitengah, Kecamatan Wedi.
Share:

Pasar Berharap Tim Ekonomi Jokowi Diisi Orang-orang Usia 41-50 Tahun

ILUSTRASI. Pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (7/8). Investor berharap tim ekonomi Jokowi banyak diisi oleh profesional dan milenial.

 Kabinet Kerja Jilid II di bawah kepemimpinan Joko Widodo (Jokowi)-Ma’ruf Amin diharapkan akan diisi oleh orang-orang berkompeten. Dari segi usia, survei Katadata Investor Confidence Index (KCI) melaporkan, 62 persen responden mereka berharap tim ekonomi di kabinet diisi oleh orang-orang di rentang 41-50 tahun.
Sementara itu, sebanyak 21 responden memilih tim ekonomi diisi oleh orang-orang di rentang 31-40 tahun, dan sebanyak tiga persen responden memilih tim ekonomi diisi oleh orang-orang di rentang 31-40 tahun. Sedangkan, sebanyak 12 responden survei tidak mempersoalkan faktor usia.
Survei KCI tersebut dilaksanakan pada 12-26 September 2019 melalui wawancara langsung, dan melibatkan 272 responden dari investor manajemen investasi, dana pensiun, dan asurasi di pasar keuangan. Panelis ahli Katadata Insight Center (KIC) Wahyu menyampaikan, hasil survei tersebut menggambarkan investor lebih nyaman dengan orang-orang yang adaptif terhadap dinamika perekonomian.
“Mungkin disebabkan pandangan bahwa orang yang berusia lebih muda bisa cepat adaptasi dengan situasi yang tak kondusif saat ini, termasuk ekonomi global,” ungkapnya, Sabtu (19/10).
Situasi ekonomi global saat ini kerap dihadapkan pada disrupsi seiring pesatnya perkembangan teknologi digital. Atas dasar itu, kemampuan adaptasi tim ekonomi kabinet menjadi sangat penting.
Sementara itu berdasarkan gender, sebanyak 40 persen responden berharap kabinet mendatang lebih mengakomodasi perempuan dengan jumlah yang berimbang. Adapun sebanyak 30 persen responden menyatakan, jenis kelamin menteri tidak menjadi pertimbangan.
Dihubungi terpisah, Kepala Riset Koneksi Kapital Indonesia, Alfred Nainggolan menuturkan pasar berharap komposisi kabinet lebih banyak diisi profesional.
“Untuk komposisi kabinet, pasar punya harapan lebih banyak profesioal. Tetapi kalau ditanya akan mempengaruhi pasar, sangat teknis sekali,” ujar Alfred kepada JawaPos.com, Jumat (18/10).
Share:

Recent Posts